Sejarah Kesultanan Banjar

Kesultanan Banjar, juga dikenal sebagai Kesultanan Banjarmasin, adalah salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di wilayah Kalimantan Selatan, Indonesia. Kesultanan ini memainkan peran penting dalam sejarah dan perkembangan budaya serta agama Islam di Kalimantan. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai sejarah Kesultanan Banjar.

Awal Mula Kesultanan Banjar

Kesultanan Banjar didirikan pada pertengahan abad ke-16. Pendirian kesultanan ini erat kaitannya dengan konversi agama pendirinya dari agama Hindu-Buddha ke Islam. Kerajaan ini awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Daha, yang merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri di Kalimantan Selatan.

Pendiri Kesultanan Banjar
Pendiri Kesultanan Banjar

Pendiri Kesultanan Banjar adalah Sultan Suriansyah (Pangeran Samudera), yang memerintah dari tahun 1526 hingga 1550. Menurut legenda, Pangeran Samudera adalah putra dari Raja Sukarama dari Kerajaan Daha. Setelah kematian ayahnya, Pangeran Samudera melarikan diri dari Daha karena ancaman dari kerabat yang bersaing memperebutkan takhta.

Dengan bantuan dari Kesultanan Demak di Jawa, yang merupakan kerajaan Islam yang kuat pada saat itu, Pangeran Samudera berhasil merebut takhta Daha dan mendirikan Kesultanan Banjar. Sebagai tanda terima kasih, ia memeluk agama Islam dan mengambil nama Sultan Suriansyah.

Kejayaan Kesultanan Banjar
Kejayaan Kesultanan Banjar

Di bawah pemerintahan Sultan Suriansyah dan penerusnya, Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan. Kesultanan ini mengendalikan perdagangan di sepanjang sungai Barito dan Mahakam, yang merupakan jalur perdagangan utama di Kalimantan. Banjar menjadi pusat perdagangan lada, emas, dan hasil bumi lainnya yang diperdagangkan ke berbagai wilayah, termasuk Jawa, Sumatra, dan Malaka.

Kesultanan Banjar juga menjalin hubungan diplomatik dan perdagangan dengan berbagai kerajaan di Nusantara, serta dengan bangsa-bangsa asing seperti Portugis dan Belanda.

Masa Kolonial dan Penurunan
Masa Kolonial dan Penurunan

Pada abad ke-18, Kesultanan Banjar mulai mengalami kemunduran akibat berbagai faktor, termasuk konflik internal, persaingan dengan kerajaan tetangga, dan campur tangan kolonial Belanda. Pada tahun 1787, Sultan Banjar, Sultan Tahmidullah II, menandatangani perjanjian dengan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie atau Perusahaan Hindia Timur Belanda), yang memberikan hak monopoli perdagangan kepada VOC di wilayah Banjar.

Pengaruh Belanda semakin kuat, dan pada pertengahan abad ke-19, kesultanan ini berada di bawah kendali penuh Belanda. Pada tahun 1860, setelah perang panjang melawan Belanda, Kesultanan Banjar secara resmi dihapuskan oleh pemerintah kolonial Belanda, dan wilayahnya dijadikan bagian dari Hindia Belanda.

Warisan Kesultanan Banjar
Warisan Kesultanan Banjar

Meskipun Kesultanan Banjar telah lama runtuh, warisannya masih terlihat dalam budaya dan sejarah Kalimantan Selatan. Banyak adat istiadat, seni, dan tradisi di wilayah ini yang merupakan warisan dari masa kejayaan Kesultanan Banjar. Selain itu, konversi agama Islam yang dilakukan oleh Sultan Suriansyah meninggalkan pengaruh yang kuat, menjadikan Islam sebagai agama mayoritas di Kalimantan Selatan hingga hari ini.

Sejarah Kesultanan Banjar adalah bagian penting dari sejarah Nusantara. Kesultanan ini tidak hanya memainkan peran penting dalam perdagangan dan politik di Kalimantan, tetapi juga dalam penyebaran agama Islam di wilayah tersebut. Dengan memahami sejarah Kesultanan Banjar, kita dapat lebih menghargai warisan budaya dan sejarah yang kaya dari Kalimantan Selatan.